Penghasilan Pengrajin Batik ASN Tembus 6 Juta Perbulan, Hoaks Atau Fakta? Berikut Penjelasannya

Penghasilan Pengrajin Batik ASN Tembus 6 Juta Perbulan, Hoaks Atau Fakta? Berikut Penjelasannya
Ali Rofiq Wakli Ketua Dera Jatim (Kiri), Pengrajin Batik Tulis Seragam ASN Motif Beddei (Kanan)

SUMENEP | Forumkota.com – Ramainya pemberitaan soal penghasilan UMKM pengrajin seragam batik Aparatur Sipil Negara (ASN) motif beddei di Kabupaten Sumenep yang tembus 6 juta perbulan pada hari kamis 02/03/2023 kemarin rupanya semakin hangat dibahas oleh publik.

Pasalnya, berita soal penghasilan para pengrajin seragam batik ASN motif beddei yang dikatakan sudah mencapai tiga kali lipat Upah Minimim Kabupaten (UMK) Sumenep tersebut hingga saat ini masih disangsikan kebenarannya.

Penghasilan Pengrajin Batik ASN Tembus 6 Juta Perbulan, Hoaks Atau Fakta? Berikut Penjelasannya

Bahkan hasil penelusuran kontributor media ini, kabar tersebut disinyalir hanyalah settingan dan kemudian diframing oleh oknum tak bertanggung jawab.

Hal itu terkuak pasca salah satu pengrajin batik tulis motif beddei di Pakandangan Barat berinisial A menyebut jika pengrajin batik tulis yang dijadikan nara sumber adalah orang-orang dari oknum pengusaha yang selama ini diduga memonopoli pengadaan seragam batik ASN di lingkungan Pemkab Sumenep.

” Tatanggeh.. panglakonah DD (inisial).. mon 6 juta sogi kabbi tak kerah ajuel guringan jieh broo.. 🤣🤣🤣 (Tetangga, pekerjanya DD. Kalau 6 juta kaya semua, gak mungkin jual gorengan itu bro),” kata A (inisial) kepada media ini saat ditanya soal sumber berita yang bernama Dauli.

Kata A, kalau bertanya pada pekerjanya sendiri sama saja dengan bohong. Karena tidak menutup kemungkinan sebelum berbicara sudah dikasih arahan duluan.

” Iyeh biasah, ebeleih kadek sabelum acaca jieh.. bendein rokok ngacopok jiehlah broo, (Iya biasa, mungkin dikasih arahan dulu sebelum bicara. Dimodalin rokok udah nyerocos dia bro),” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh pengrajin batik tulis di Desa Pakandangan Barat berinisial R.

Dia menyampaikan bahwa salah satu sumber dalam berita berinisial SA adalah pekerja TEMBOKAN yang bekerja pada adik iparnya sendiri.

” Dia adalah pekerja TEMBOKAN yang hanya mendapatkan ongkos 24.000 per hari untuk 2 potong kain. Karena hanya segitu kemampuan pekerja TEMBOKAN dalam 1 hari. Dalam 1 bulan hanya mendapatkan Rp. 720.000. Cukupkah Rp. 720.000 buat makan dalam 1 bulan?” ungkap R.

Kata R, jika sudah merasa nyaman dengan ongkos yang diterima, mestinya mereka tidak pernah lagi nuntut kenaikan harga.

” Kemarin minta kenaikan ongkos/harga. Tapi tetap tidak dinaikkan. Makanya berita tersebut saya bilang hoaks,” tegasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua Dear Jatim Korda Sumenep, Ali Rofiq menilai berita soal penghasilan pengrajin seragam batik motif beddei yang tembus tiga kali lipat UMK adalah berita settingan.

Hal itu diduga sengaja dibuat oleh oknum pengusaha batik yang memonopoli pengadaan seragam batik ASN di Sumenep.

” Hasil investigasi kami di lapangan, sumber dalam berita tersebut semuanya adalah pekerjanya oknum pengusaha batik berinisial DD itu,” kata Ali Rofiq, Sabtu (04/03).

Korlap Aksi Jilid I dan Jilid II itu menyebut bahwa sumber dalam berita yang namanya Dauli tak hanya fokus menekuni kerajinan batik saja. Tapi masih buka usaha sampingan sebagai penjual gorengan.

” Jika memang sudah mendapatkan penghasilan 6 juta perbulan, ngapain dia masih jual gorengan,” ujar Rofiq.

Mahasiswa Kritis dan Berani yang akrab disapa Rofiq ini mengurai hasil investigasinya soal pendapatan para pengrajin batik motif beddei di Desa Pakandangan Barat.

Kata dia, pekerjaan RENGRENGAN satu orang pekerja dalam 1 hari hanya mampu menyelesaikan maksimal 4 potong kain batik dengan ongkos per kain Rp. 8.000 x 4 potong = Rp. 32.000.

TEMBOKAN : satu orang pekerja dalam 1 hari hanya mampu menyelesaikan rata-rata 2 potong kain batik dengan ongkos Rp. 12.000 x 2 = Rp. 24.000

” Dengan harga 135 ribu, 1 orang pengrajin hanya mengantongi keuntungan 17.000/potong. Dalam 1 Minggu hanya mampu menyelesaikan batik 15 potong dengan penghasilan Rp. 255.000,” ujarnya.

Lantas Rofiq mempertanyakan data apa dan yang mana yang digunakan sehingga UMKM pengrajin batik motif beddei ini sudah mendapatkan penghasil 6 juta perbulan.

” Jangan-jangan data abal-abal yang digunakan? Kalau digabung sama modalnya mungkin lebih masuk di akal,” tegasnya.

Rofiq menegaskan, jika Dear Jatim Korda Sumenep akan terus mengawal kasus pengadaan seragam batik ASN ini sampai Bupati memberikan penjelasan secara terbuka di ruang publik.

” Kita tantang Bupati untuk menjelaskan penghasilan UMKM pengrajin batik seragam ASN di ruang terbuka. Kita adu data, punya siapa yang lebih akurat,” pungkasnya.

Dilansir dari berbagai laman media online, Program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik tulis di Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur mampu mendongkrak perekonomian pembatik.

Menurut salah seorang pelaku UMKM, Dauli mengatakan, pendapatan usaha batiknya mengalami peningkatan yang signifikan sejak Pemkab Sumenep melakukan program pemberdayaan didaerahnya Pakandangan, Kecamatan Bluto.

Jika di rata-rata sebelum adanya program pemberdayaan tersebut, pembatik jenis beddei hanya mendapatkan rata-rata upah sebesar Rp1,2 ribu sampai Rp 2 ribu perpotong, saat ini Pembatik bisa meraup penghasilan Rp8 ribu hingga Rp12 ribu dalam satu lembar kain batik.

“Dulu keuntungan satu box yang berisi 15 lembar kain batik hanya Rp 20 ribu sekarang hampir menyentuh Rp 450 ribu” ungkapnya.

Belum lagi keuntungan lainnya yang didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM dari murahnya biaya produksi. Tidak hanya itu bahan-bahan produksi untuk pembuatan batik sangat mudah didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM.

Hal itu tidak terlepas dari adanya koperasi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam program pemberdayaan pembatik oleh Pemkab Sumenep. Keuntungan lainnya pembatik dan pelaku UMKM saat ini tidak lagi kesulitan dalam memasarkan produknya.

“Bersyukur sekali adanya program ini, pendapatan dan ekonomi masyarakat terutama pembatik dan pelaku UMKM bertambah,” ujarnya

Sebab menurutnya, Pemkab Sumenep sudah memberdayakan lewat program pengadaan seragam batik untuk ASN sebagai wujud dari kebijakan yang berbasis terhadap lokal wisdom.

Berdasarkan data jika di rata-rata pendapatan pelaku UMKM setiap minggunya sejak program ini diluncurkan sebesarkan Rp 1,5000, 000, jika dikalkulasi dalam satu bulan pendapatannya berada diangka Rp 6,000,000 sudah tiga kali lipat Upah Minum Kabupaten (UMK) Kabupaten Sumenep.

Kondisi tersebut, kemudian berdampak terhadap meningkatnya geliat pembatik untuk kembali berkarya. Selain itu peningkatan ekonomi juga mampu menekan transmigrasi masyarakat di Desa Pakandangan Barat keluar daerah.

“Kalau merugi pasti ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi karena untung besar banyak pembatik yang sebelumnya fakum kembali membatik,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan