Parah, Pengrajin Batik Seragam ASN Motiv Tera’ Bulan Diminta Setoran 100 Ribu Perpotong?

Parah, Pengrajin Batik Seragam ASN Motiv Tera' Bulan Diminta Setoran 100 Ribu Perpotong?
Seragam Batik ASN Pemkab Sumenep Motiv Tera' Bulan

SUMENEP | Forumkota.com – Program pemberdayaan terhadap para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) khususnya para pengrajin batik tulis khas daerah melalui pengadaan seragam batik aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) masih terus menjadi rasan-rasan publik di Kota Keris.

Implementasi dari program pengadaan seragam batik ASN yang bertujuan untuk membangkitkan ekonomi pengrajin batik tulis tersebut dinilai mencekik para pengrajin batik di kabupaten berlambang kuda terbang ini.

Pasalnya, para pengrajin batik tulis khas daerah yang memproduksi seragama batik ASN motiv Tera’ Bulan disinyalir dimintai setoran sebesar 100 ribu perpotong oleh oknum pengusaha yang mengklaim sebagai pemilik desain.

” Pengrajin yang memproduksi motiv Tera’ Bulan harus setor 100 ribu perpotong ke DD (inisial),” kata TF salah satu pengrajin batik di Sumenep.

Kata TF, harga seragam batik ASN motiv Tera’ Bulan dijual kepada para ASN di lingkungan Pemkab Sumenep seharga 500 ribu perpotong.

” Karena diminta nyetor ke DD 100 ribu, jadi sisa 400 ribu yang diterima pengrajin. Kata DD uang yang 100 ribu itu untuk jatah LSM 50 ribu dan 50 ribu nya untuk dia sendiri selaku pemilik desain,” jelasnya.

Di lain sisi, DD saat dikonfirmasi oleh awak media melalui chat aplikasi wathsapnya membantah dengan keras soal dirinya yang dikabarkan meminta setoran 100 ribu perpotong kepada pengrajin yang memproduksi seragam batik ASN motiv Tera’ Bulan.

” Tidak benar. Jika mau tahu lebih jelas dan detail ketemu saya nanti setelah saya di Sumenep, senin atau selasa,” ujarnya, Minggu (23/01).

Saat diminta untuk dijelaskan lebih detail lewat WA oleh awak media.

DD mengatakan tidak bisa dengan dalih tidak mudah dijelaskan lewat HP.

” Tidak bisa. Sampean haru ketemu dengan saya. Ini bukan hal yang begitu mudah untuk dijelaskan lewat HP,” jelasnya.

” Dan saya saat ini sedang di Jakarta, sudah seminggu sedang ada pertemuan organisasi juga,” imbuhnya.

Selain itu, DD juga membantah dengan keras perihal dirinya yang dikabarkan membeli langsung seragam ASN motiv Beddei ke para pengrajin.

” Sekali lagi saya sampaikan dengan sangat tegas itu semua tidak benar. Jika dirasa kurang jelas sampean bisa bertemu saya langsung,” tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, salah satu pengrajin batik tulis di Desa Pakandangan Barat berinisial FR terpaksa berhenti memproduksi seragam batik ASN motiv Beddei lantaran keuntungan yang didapat tak sebanding dengan keringat yang telah dirinya keluarkan.

Menurutnya, jika dirinya tetap melanjutkan memproduksi seragam batik ASN motiv Beddei maka yang diuntungkan adalah oknum pengusaha batik ternama di Kota Keris ini.

” Kita perpotong hanya dapat keuntungan 17 ribu. Sementara dia (Oknum Pengusaha-red) dapat keuntungan 55 ribu perpotong,” kata FR, Senin (16/01).

FR mengaku jika kain seragam batik ASN yang dirinya produksi dihargai 135 ribu perpotong oleh oknum pengusaha batik.

” Sementara dijual kepada ASN di lingkungan Pemkab Sumenep dengan harga 190 ribu perpotong,” ujarnya.

Padahal kata dia, kebijakan Bupati Sumenep memberikan harga kain seragam batik ASN motiv Beddei sebesar 190 ribu perpotong untuk ASN perempuan dan 250 untuk laki-laki ditambah blankon, tujuannya tidak lain supaya penghasilan para pengrajin batik tulis khas daerah Kabupaten Sumenep mempunyai penghasilan setara UMK perbulan.

” Tapi harga 190 dan 250 ribu ini disembunyikan. Pengrajin hanya dikasih tambahan 15 ribu, yang awalnya diharga 120 ribu, dinaikkan 10 ribu menjadi 130 ribu, lalu dinaikkan lagi 5, menjadi 135 ribu. Tapi 5 ribunya dipotong untuk kas KOPERASI,” ungkapnya.

Kata FR, dalam 1 pekan dirinya hanya dapat memproduksi kain batik seragam ASN maksimal 10 potong. Sehingga dirinya hanya mendapatkan penghasilan 170 ribu rupiah per-pekan.

” Uang 170 ribu mana cukup untuk makan 1 minggu. Ini bukan Pemberdayaan Pada UMKM Tapi Perbudakan,” keluhnya.

Disinggung soal keberadaan KOPERASI yang kabarnya mengakomodir hasil produksi seragam batik ASN dari para pengrajin batik?

FR menyebut jika Koperasi tersebut hanya dijadikan tameng oleh oknum pengusaha batik tersebut, supaya para pengrajin batik tidak menjual ke pihak lain.

” KOPERASI ini tidak jalan. Yang membeli seragam batik ASN ke pengrajin DD (inisial),” jelasnya.

Example 325x300

Tinggalkan Balasan