Sengkarut Program Seragam Batik, Ketua Koperasi Sebut Tidak Ikut Campur Soal Harga di ASN

Pemberdayaan Apa Perbudakan? Pengrajin Batik PDH ASN di Sumenep Tak Ubahnya Seperti Sapi Perah
PDH ASN Sumenep Motiv Batik Beddei

SUMENEP | Forumkota.com – Perihal keberadaan koperasi yang mengakomodir kain seragam batik Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep masih terus mendapat atensi dari publik.

Pasalnya, koperasi yang diketahui bernama Produsen Batik Tulis Dan Kerajinan Pakandang Barat ini diduga hanya dijadikan tameng untuk meraup keuntungan oleh oknum pengusaha batik ternama di Kota Keris.

Sengkarut Program Seragam Batik, Ketua Koperasi Sebut Tidak Ikut Campur Soal Harga di ASN

Dugaan tersebut semakin kuat setelah kontributor media ini melakukan konfirmasi langsung kepada Junaidi, selaku Ketua Koperasi Produsen Batik Tulis Dan Kerajinan Pakandang Barat.

Junaidi menyebut bahwa dirinya tidak mahu tahu soal penjualan seragam batik ASN motif Beddei kepada para ASN di lingkungan Pemkab Sumenep.

” Koperasi tidak mahu tahu soal itu. Yang penting di bawah ini bisa kerja, nyaman sudah bersyukur,” Rabu (25/01) melalui sambungan telephone aplikasi watshapnya.

Kata Junaidi, koperasi yang dirinya pimpin sudah ada penanggung jawab dan juga salesnya, yaitu DD dan Timnya.

” Yang mengelola di atas itu DD dan Timnya. Saya dibagian produksinya,” ucapnya.

Disinggung soal penjualan ke ASN yang dijual dengan harga 190 ribu perpotong, berapa keuntungan yang didapat koperasi?

Junaidi mengatakan jika koperasinya tidak ikut campur soal harga yang ke ASN.

” Itu sudah urusan internal mereka ( DD dan Tim-). Yang penting anggota, pengrajin menjual dengan harga yang diminta ke penanggung jawab (DD-red), sudah,” jelasnya.

Soal harga kain seragam batik ASN motif Beddei ke para pengrajin, Junaidi tidak menampik jika koperasinya membeli seharga 135 ribu perpotong.

” Harga tersebut sudah diketahui oleh pihak Dinas Koperasi. Dinas pernah survei langsung ke bawah. Dan tidak ada masalah,” imbuhnya.

Namun anehnya, saat ditanya bagaimana jika ada ASN yang memesan atau membeli seragam batik ke Koperasi langsung?

Junaidi terkesan enggan menerima pesanan dari ASN. Ia menyuruh awak media untuk meminta keterangan kepada DD.

” Gak tahu. Mungkin lebih jelasnya sampean mengurai keterangan ke DD langsung. Koperasi ini di bawah naungan penanggung jawab,” tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, salah satu pengrajin batik di Desa Pakandangan Barat berinisial FR menyebut jika koperasi yang mengakomodir seragam batik ASN motif Beddei hanya dijadikan tameng oleh oknum pengusaha batik ternama di Sumenep.

Tujuannya, supaya para pengrajin batik tidak menjual ke pihak lain.

” Koperasi ini tidak jalan. Yang membeli seragam batik ASN ke pengrajin DD (inisial),” jelasnya, Senin (16/01).

FR juga mengatakan jika dirinya terpaksa berhenti memproduksi seragam batik ASN motif Beddei lantaran keuntungan yang didapat tak sebanding dengan keringat yang telah dirinya keluarkan.

Karena kata dia, jika dirinya tetap melanjutkan memproduksi seragam batik ASN motif Beddei maka yang diuntungkan adalah oknum pengusaha batik ternama di Kota Keris ini.

” Kita perpotong hanya dapat keuntungan 17 ribu. Sementara dia (Oknum Pengusaha-red) dapat keuntungan 55 ribu perpotong,” tambahnya.

Kata FR, kain seragam batik ASN yang dirinya produksi dihargai 135 ribu perpotong oleh oknum pengusaha batik.

” Sementara harga dari atas itu sudah turun 190 ribu perpotong,” ujarnya.

Padahal kata dia, turunya harga kain seragam batik ASN motif Beddei dari atas sebesar 190 ribu perpotong untuk ASN perempuan dan 250 ribu untuk laki-laki ditambah blankon adalah target dari Bupati supaya penghasilan para pengrajin batik setara UMK perbulan.

” Tapi harga 190 dan 250 ribu ini disembunyikan. Pengrajin hanya dikasih tambahan 15 ribu, yang awalnya diharga 120 ribu, dinaikkan 10 ribu menjadi 130 ribu, lalu dinaikkan lagi 5, menjadi 135 ribu. Tapi 5 ribunya dipotong untuk kas KOPERASI,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia memaparkan, jika dalam satu pekan dirinya hanya dapat memproduksi kain batik seragam ASN maksimal 10 potong. Sehingga dirinya hanya mendapatkan penghasilan 170 ribu rupiah per-pekan.

” Uang 170 ribu mana cukup untuk makan 1 minggu. Ini bukan Pemberdayaan Pada UMKM Tapi Perbudakan,” keluhnya.

Sementara, DD (inisial) membantah dengan keras perihal dirinya yang disebut membeli seragam ASN motif Beddei ke para pengrajin.

” Tidak benar. Jika mau tahu lebih jelas dan detail ketemu saya nanti setelah saya di Sumenep. Senin atau selasa,” ujarnya, Minggu (23/01).

Saat diminta untuk dijelaskan lebih detail lewat WA oleh awak media.

DD mengatakan tidak bisa dengan dalih tidak mudah dijelaskan lewat HP.

” Tidak bisa. Sampean harus ketemu dengan saya. Ini bukan hal yang begitu mudah untuk dijelaskan lewat HP,” jelasnya.

” Dan saya saat ini sedang di Jakarta, sudah seminggu sedang ada pertemuan organisasi juga,” imbuhnya.

” Sekali lagi saya sampaikan dengan sangat tegas itu semua tidak benar. Jika dirasa kurang jelas sampean bisa bertemu saya langsung,” tukasnya.

Tinggalkan Balasan