Sumenep Banjir Berita Pelaku UMKM Batik Motif Beddei Punya Penghasilan 6 Juta Per-Bulan, Dear Jatim: Itu Framing, Ulah Dari Oknum Pengusaha?

Sumenep Banjir Berita Pelaku UMKM Batik Motif Beddei Punya Penghasilan 6 Juta Per-Bulan, Dear Jatim: Itu Framing, Ulah Dari Oknum Pengusaha?
Ali Rofiq, Wakil Ketua Dear Jatim Korda Sumenep Saat Orasi di Depan Kantor Bupati Sumenep Soal Sengkarut Pengadaan Seragam Batik ASN

SUMENEP | Forumkota.com – Puluhan media online di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mempublikasikan soal ucapan apresiasi dari pelaku UMKM batik motif beddei kepada Bupati dan oknum pengusaha brand batik di Kota Keris.

Banjirnya berita tersebut bertepatan dengan memontum aksi demonstrasi jilid II yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung di Dear Jatim Korda Sumenep soal carut marut realisasi pengadaan seragam batik Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.

Sumenep Banjir Berita Pelaku UMKM Batik Motif Beddei Punya Penghasilan 6 Juta Per-Bulan, Dear Jatim: Itu Framing, Ulah Dari Oknum Pengusaha?

Adapun substansi dalam berita tersebut yakni pelaku UMKM khususnya pengrajin batik motif beddei di Pakandangan Barat telah mendapatkan penghasilan 6 juta rupiah per-bulan sejak batik motif beddei ditentukan sebagai seragam dinas ASN di lingkungan Pemkab Sumenep.

Wakil Ketua Dear Jatim Korda Sumenep, sekaligus Korlap Aksi Jilid I & II Ali Rofiq, bersama rekan-rekannya menyikapi berita tersebut dengan sangat santai.

Karena dirinya menilai berita tersebut hanyalah berita settingan atau framing yang diduga sengaja dibuat oleh oknum pengusaha batik yang memonopoli pengadaan seragam batik ASN di Sumenep.

” Hasil investigasi kami di lapangan, sumber dalam berita tersebut semuanya adalah pekerjanya oknum pengusaha batik berinisial DD itu,” kata Ali Rofiq, Sabtu (04/03).

Kata dia, sumber dalam berita yang namanya Dauli tak hanya fokus menekuni kerajinan batik saja. Tapi masih buka usaha sampingan sebagai penjual gorengan.

” Jika memang sudah mendapatkan penghasilan 6 juta perbulan ngapain dia masih jual gorengan,” ujar Rofiq.

Mahasiswa Kritis dan berani yang akrab disapa Rofiq ini mengurai hasil investigasinya soal pendapatan para pengrajin batik motif beddei di Desa Pakandangan Barat.

Kata dia, pekerjaan RENGRENGAN satu orang pekerja dalam 1 hari hanya mampu menyelesaikan maksimal 4 potong kain batik dengan ongkos per kain Rp. 8.000 x 4 potong = Rp. 32.000.

TEMBOKAN : satu orang pekerja dalam 1 hari hanya mampu menyelesaikan rata-rata 2 potong kain batik dengan ongkos Rp. 12.000 x 2 = Rp. 24.000

” Dengan harga 135 ribu, 1 orang pengrajin hanya mengantongi keuntungan 17.000/potong. Dalam 1 Minggu hanya mampu menyelesaikan batik 15 potong dengan penghasilan Rp. 255.000,” ujarnya.

Lantas Rofiq mempertanyakan data apa dan yang mana yang digunakan sehingga UMKM pengrajin batik motif beddei ini sudah mendapatkan penghasil 6 juta perbulan.

” Jangan-jangan data abal-abal yang digunakan? Kalau digabung sama modalnya mungkin lebih masuk di akal,” tegasnya.

Rofiq menegaskan, jika Dear Jatim Korda Sumenep akan terus mengawal kasus pengadaan seragam batik ASN ini sampai Bupati memberikan penjelasan secara terbuka di ruang publik.

” Kita tantang Bupati untuk menjelaskan penghasilan UMKM pengrajin batik seragam ASN di ruang terbuka. Kita adu data, punya siapa yang lebih akurat,” pungkasnya.

Dilansir dari berbagai laman media online, Program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) batik tulis di Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur mampu mendongkrak perekonomian pembatik.

Menurut salah seorang pelaku UMKM, Dauli mengatakan, pendapatan usaha batiknya mengalami peningkatan yang signifikan sejak Pemkab Sumenep melakukan program pemberdayaan didaerahnya Pakandangan, Kecamatan Bluto.

Jika di rata-rata sebelum adanya program pemberdayaan tersebut, pembatik jenis beddei hanya mendapatkan rata-rata upah sebesar Rp1,2 ribu sampai Rp 2 ribu perpotong, saat ini Pembatik bisa meraup penghasilan Rp8 ribu hingga Rp12 ribu dalam satu lembar kain batik.

“Dulu keuntungan satu box yang berisi 15 lembar kain batik hanya Rp 20 ribu sekarang hampir menyentuh Rp 450 ribu” ungkapnya.

Belum lagi keuntungan lainnya yang didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM dari murahnya biaya produksi. Tidak hanya itu bahan-bahan produksi untuk pembuatan batik sangat mudah didapat oleh pembatik dan pelaku UMKM.

Hal itu tidak terlepas dari adanya koperasi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam program pemberdayaan pembatik oleh Pemkab Sumenep. Keuntungan lainnya pembatik dan pelaku UMKM saat ini tidak lagi kesulitan dalam memasarkan produknya.

“Bersyukur sekali adanya program ini, pendapatan dan ekonomi masyarakat terutama pembatik dan pelaku UMKM bertambah,” ujarnya

Sebab menurutnya, Pemkab Sumenep sudah memberdayakan lewat program pengadaan seragam batik untuk ASN sebagai wujud dari kebijakan yang berbasis terhadap lokal wisdom.

Berdasarkan data jika di rata-rata pendapatan pelaku UMKM setiap minggunya sejak program ini diluncurkan sebesarkan Rp 1,5000, 000, jika dikalkusi dalam satu bulan pendapatannya berada diangkat Rp 6,000,000 sudah tiga kali lipat Upah Minum Kabupaten (UMK) Kabupaten Sumenep.

Kondisi tersebut, kemudian berdampak terhadap meningkatnya geliat pembatik untuk kembali berkarya. Selain itu peningkatan ekonomi juga mampu menekan transmigrasi masyarakat di Desa Pakandangan Barat keluar daerah.

“Kalau merugi pasti ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi karena untung besar banyak pembatik yang sebelumnya fakum kembali membatik,” jelasnya

Tinggalkan Balasan